The Hate You Give by Gita Savitri



Penulis dari buku Rentang Kisah ini kembali mendebrak dunia Youtube dengan kontennya yang sangat menarik. Dibarengi dengan hashtag #CreatorsforChange ka Gita membicarakan tentang mereka yang selalu menilai seseorang meski hanya melihat foto-fotonya melalui sosial media.

Dari kontennya, ka Gita sangat khawatir dengan mereka para pengguna sosial media menjadi sosok yang mati rasa, atau menjadi sosok yang menebarkan kebencian lewat jemari mereka melalui jarak yang sangat jauh.

Tanpa mereka ketahui, orang-orang tersebut tidak lah sama seperti apa yang mereka lihat melalui akun sosial media. Melihat betapa sadisnya netizen jaman now ka Gita ndak ragu untuk membuat video satu ini, meski pada akhirnya banyak juga yang menolak cara penyampaian ka Gita.

Baru kali ini Icha suka nonton video Youtube yang banyak omongnya, apalagi bagian ka Gita beropini, itu adalah bagian favorit Icha. Karena kurang lebih isi di blog Icha juga sama seperti konten Youtube ka Gita.

Kita semua memang berhak berpendapat dan beropini, tapi kita tidak punya hak sedikit pun untuk melabeli seseorang itu baik atau tidak. Apalagi ketika kita belum mengenal orang tersebut dengan baik.

fortunedotcom
Aa Gym juga pernah bilang dalam salah satu ceramahnya, baik buruknya seseorang itu bisa kita nilai ketika orang itu berniaga sama dengan kita, melakukan perjalanan jauh bersama kita dan selalu mengajak kepada kebaikan.

Dan dalam video ini, ka Gita mempersembahkan 3 tokoh yang terlihat 'kurang baik' dari apa yang mereka bagikan di sosial medianya.

Pria Bertato

Disini seorang wanita diminta untuk menilai pria bertato yang diperlihatkan dari akun Instagramnya. Tentunya wanita tersebut tidak mengindahkan dan memuji. Wanita ini malah menyimpulkan bahwa, "Dia terlihat ingin keren, tapi sebenarnya tidak,".

Dan pada akhirnya mereka bertemu, sedikit berbincang dan akhirnya mereka memiliki selera musik yang sama. Pandangan 'tidak suka' wanita itu seketika berubah.

Gadis Spanduk Pecel Lele

Kalau yang ini si gadis berjilbab merasa bahwa gadis yang ia lihat di Instagram dengan rok spanduk lele tersebut tidaklah baik. Hal yang sangat aneh menjadikan spanduk warung makan menjadi sebuah pakaian.

Dan setelah dipertemukan, gadis yang menilai tersebut terdiam dan mulai bingung harus bersikap seperti apa di depan gadis spanduk warung makan tersebut.

Waria

Kalau ini, jadi objek yang membuat kolam komentar ka Gita semakin ramai. Seorang pria berambut gondrong diminta untuk mengomentari waria yang meng-upload videonya di Instagram. Dan tentunya sebagai seorang pria, pria gondrong itu mengaku merasa risih dan tidak suka.

Pada saat dipertemukan, pria gondrong itu hanya tersenyum kecil sambil mengatasi rasa canggungnya dihadapan sang waria.

Komentar

Setelah membaca kolam komentar, banyak dari mereka yang tidak terlalu menyukai pengambilan sample dari ka Gita, terutama yang waria. Banyak dari mereka yang 'membawa' aturan agama, sehingga rasanya tokoh yang dipilih ka Gita memang wajib diberi peringatan.

Tapi ndak sedikit juga dari mereka yang jatuh hati dengan konten ka Gita. Karena biar bagaimana pun, membenci seseorang yang belum dikenal bukanlah hal yang baik.

Opini Icha

Kalau menurut Icha pribadi, Icha suka sekali dengan konten ka Gita. Why? Karena konten ka Gita memang mengajarkan kita menuju jalan kebaikan. Kalau masalah pria bertato dan waria itu menjadi masalahnya, oke sekarang kita perjelas.

Sebut saja pria bertato dan waria itu adalah 'mereka'. Jauh dari sebelum ka Gita buat video ini pun 'mereka' sudah 'seperti itu'. Jauh dari sebelum kita nonton video ini pun 'mereka' sudah 'seperti itu'. Lalu apa yang harus didebati?

Kita sebagai seseorang yang baru mengenalnya lewat sebuah video sangat tidak pantas menghakimi 'mereka'. Ini bukan berarti Icha suka atau mendukung 'mereka' hanya saja coba dipikir lagi deh, kita itu belum jumpa mereka, kita itu belum ketemu mereka, tapi kenapa kita langsung menghakimi?

http://media.vocativ.com
Islam pun mengajarkan hal yang baik-baik, begitu pula dengan mengingatkan. Momen yang lebih pantas untuk memberi mereka saran adalah ketika kita sudah mengenal mereka, sudah bertemu dan berbincang dengan baik. Dan saat itu lah kita lebih tau bagaimana cara mengembalikan mereka ke jalan yang sudah menjadi keharusan.

Bukan dengan menghakimi dan memberi komentar buruk, bahkan ada yang memberi komentar buruk ke ka Gita nya.

Dan poin yang harus kalian perhatikan dalam video ini adalah, bagaimana cara kita mengenal orang dengan baik, bagaimana cara kita menge-rem komentar kita dibelakang mereka, dan bagaimana cara menanggapi akun akun seperti mereka.

Kalau kita memberikan komentar buruk, rasanya sih kita gak beda jauh dengan komentar buruk itu sendiri. Riteee?

Bayangin deh kalau kita diposisi mereka, udah pasti gak enak kan? Bukannya dikritik dengan bahasa yang baik, malah dihujat. Ada ribuan cara untuk berbicara dengan baik, lalu kenapa harus memilih dengan hujatan?

Dasar jempol jaman sekarang, enteng-enteng!

Oke mulai kesel!

Salah bukan berarti tak bisa diubah. Namanya salah sudah pasti ada perbaikan bukan?


Ily,


Peka Aksara

Hanya senang menulis yang sedang ramai dalam pikiran, sisanya berbicara melalui Podcast dan bekerja sebagai manusia biasa mulai 9 hingga 5 ✿

Tidak ada komentar:

Posting Komentar