Assalamualaikum,
![]() |
Kali ini mau beropini dan mau menuangkan gejolak di hati tentang manusia-manusia yang tergila-gila dengan Smartphone nya, dengan mereka, manusia-manusia yang suka merekam segala momen tanpa perduli dengan momen tersebut.
Gimana maksudnya?
Maksud Icha disini, kalian tentu sering dong liat video viral yang sering sekali di share di media sosial? Dari mulai yang penumpang kereta berkelahi, trus polisi yang dipukul sama ibu-ibu, trus seorang remaja yang kecelakaan dan digotong sama ayahnya yang sampai akhirnya meninggal, sampai video viral terakhir yang Icha lihat adalah, anak remaja yang mendapat dampak dari obat PCC di daerah Jawa.
Bukan video viral itu yang selalu jadi hal yang Icha fikirkan, bukan tentang mereka yang menderita yang Icha fokuskan dan kemudian Icha yang nonton sambil berbisik, "Kasian yaaa," bukan, sama sekali bukan.
Yang Icha fikirkan adalah, mereka yang merekam segala kejadian tersebut di lokasi kejadian. Mereka yang bukan seorang wartawan atau pun pemburu berita asik dengan Smartphone mereka merekam segala kejadian yang sebenarnya orang tersebut lebih membutuhkan pertolongan.
Ndak habis fikir aja, gimana sih perasaan mereka ketika ada orang lain sedang kesulitan di hadapan mereka, tapi mereka malah asik merekam hal tersebut tanpa sedikitpun mengulurkan bantuan?
Kalau dipikir lagi, hal buruk ndak akan kejadian ketika kita yang ada disana melerai, atau membantu mereka yang sedang dalam kesulitan. Hal yang tidak diinginkan tidak akan terjadi, tapi kenapa bisa sih mereka merekam kesulitan orang lain? Kenapa?!
Kita kan jadi bisa lihat kehidupan di daerah sana
Kita kan jadi bisa lebih berhati-hati
Kita kan jadi bisa memberi kabar kepada orang lain
Tapi bukankah lebih baik ketika kita membantu dan meringankan beban mereka? Dibandingkan harus merekam? Tidak cukupkah satu orang yang merekam? Kenapa harus lebih dari 3 orang yang menghadapkan Smartphone nya di hadapan mereka?
Please turn off your smartphone! And be kind!
Lalu, ketika kalian merekam hal tersebut, kalian akan menjadi apa? Apa keuntungan kalian? Dibayar? Ndak kan? Apa hanya dengan mendapatkan notif dari orang lain, itu bisa membuat kalian merasa bangga setelah merekam kejadian tersebut?
Sebelum adanya Instastory, snapchat, dll, kita tetap bisa kok mendapatkan berita, kita tetap bisa kok mendapatkan informasi yang sesuai dengan fakta, meski hanya bermodal cerita dan kesaksian. Dan banyak dari itu, tidak menjadi hal yang berlangsung lama dalam kejadian tersebut.
Semua selesai dan terkendali, ketika warga dan orang sekitar membantu atau melerai mereka yang berkelahi. Bukan merekam mereka yang tengah kesulitan atau tengah berkelahi hebat.
Jadi, please berhenti untuk jadi wartawan dadakan, please berhenti menjadi seorang penonton dan perekam. Ketika kalian ada di lokasi kejadian, bantu dan lakukan apapun yang bisa membuat kondisi menjadi lebih baik.
Boleh merekam, tapi jangan terlalu lama, boleh memotret tapi jangan sampai kejadian berlangsung lama.
Coba deh kita bayangkan, ketika kita ada di posisi korban, kemudian melihat orang-orang sekitar malah sibuk merekam kita yang tengah kesulitan, tanpa ada seorang pun yang berniat untuk membantu kita, yang sesungguhnya sangat membutuhkan mereka.
Sakit bukan? Sangat sakit!
Apalagi video viral terbaru tentang anak remaja yang mendapat efek obat dari PCC. Icha liat di video itu, banyak orang-orang yang merekam anak remaja yang sebenarnya sangat membutuhkan pertolongan.
Tapi, mereka cuma merekam tanpa ada yang bertindak cepat untuk sekedar menenangkan atau hal lain yang bisa dilakukan. Pak, buk, mba, mas, tolong saya sangat merasa miris ketika melihat itu semua, hati saya seakan sangat tersayat ketika melihat manusia lain hanya menonton kesulitan manusia lainnya.
Bukankah kita sudah sewajibnya saling membantu? Apa Tuhan meminta kita untuk saling merekam kesulitan orang lain? Tidak kan?
Boleh merekam, boleh memotret tapi cukup untuk menjadi laporan kepada pihak yang berwajib. Tidak perlu berlangsung lama bahkan sampai tidak perduli.
Bukankah ini membuktikan bahwa, kepribadian kita tengah dijajah oleh seongok Smartphone? Manusia berakal, tapi kenapa bisa menjadi ketergantungan dengan benda mati? Bahkan sampai bisa dikendalikan oleh itu semua?
Jadi mohon dengan sangat, jadilah manusia yang berprikemanusiaan. Jadilah manusia yang sanggup melaksanakan tugas sebagai manusia yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar