Oneshoot - Who Are You? Who Are We? (One Ok Rock Tour 2013)


Halooooow saya sekedar ingin berbagi soal konser One Ok Rock 24 November 2013 kemarin nih, saya tuangkan lewat cerita tapinyaaa, enjoy fo reading ^^



-Who Are You? Who Are We?-

Even thought the days go on

so far so far away from it’s seems so close

Even thought the days go on

so far so far away from it’s seems so close



Suara serak lelaki itu sangat dominan, ia seakan memimpin pasukannya untuk mengikuti apa yang ia tengah alunkan, namun tanpa aba-aba lautan manusia berdominan balutan kain hitam itupun sudah terlebih dahulu ikut mengalunkan suaranya, sambil sesekali bersorak dan bertepuk tangan dengan senyum yang merekah.

Gadis dengan balutan kain hitam yang menutupi ujung kepala hingga dadanya itu hanya mampu berdiri cemas, ia sungguh gemas ingin ikut pada kumpulan manusia didepan sana yang mampu melihat langsung sosok ke-4 lelaki super meski masih terhalang pintu yang sangat kuat.

Namun, kali ini ia harus benar-benar menahannya, ia harus bersabar dan bersyukur, setidaknya saat ia menuju ke toilet ia mampu melihat ke-4 lelaki supernya dan mendapat sapaan yang hangat.

Melihat langsung meski berjarak cukup jauh saat lelaki dengan rambut ikal hitam itu bermain drum, melihat lelaki bercat rambut putih berbalut singlet merah jambu sambil memainkan gitar, melihat lelaki berparas lucu dengan rambut kuningnya, juga lelaki bertelanjang dada yang tengah sibuk dengan bassnya.

Tak hanya itu, mereka yang kebetulan berada disana mendapat sapaan hangat dan senyuman maut yang mungkin akan melumpuhkan, entah hanya gadis itu yang merasa, atau memang semua yang tengah berada disana melihat ke-4 lelaki super itu. Tangan mungil itu mencoba membalas sapaan lelaki nan jauh disana, entahlah ia sudah benar-benar bahagia kala itu.
Jari mungilnya mencoba menahan tetesan buliran bening yang mulai memaksa jatuh dan ia pun berhasil!

“Dasar ngerepotin tau gini mending gak bawa! Jadi gak dapet kan tuh!” keluhnya sambil memasukkan benda berlensa itu dalam tas hitamnya.

Sedangkan dua lelaki disampingnya hanya mampu tertawa dan ikut repot memegangi barang bawaan gadis dihadapannya.

Suasana kali ini begitu menyesakkan, seakan-akan kala udara mulai melewati sekumpulan manusia itu, terasa sangatlah berharga dan sayang untuk dilewatkan. Bak tengah tenggelam didalamnya lautan, mereka mencoba  mendongakkan kepala mereka demi menghirup udara yang tak seberapa, seakan trauma diperebutkan, angin itu jarang kembali untuk melewati lautan manusia disana.

“Gue harus dapet didepan!”

Hanya hal itulah yang kini membutakan mata dan rasa mereka. Tak perduli dengan peluh dan bau yang kini mereka hirup paksa, mereka seakan buta, bukan buta dalam kegelapan namun buta dalam nafsu dan ingin mereka.

Siapa sesungguhnya yang telah membuat ribuan manusia menjadi seperti itu? Mereka seperti tengah terpenjara dalam padang pasir yang gersang, tengah menganteri untuk setetes air yang masih ditutup rapat oleh benteng yang cukup kuat, selangkah demi selangkah mereka coba untuk dapat berbaris paling depan, tak perduli dengan ocehan maupun gerutu dari beberapa makhluk sejenisnya disekelilingnya.

Gadis itu terlepas dari pegangan lelaki dibelakangnya, ingin tak ingin gadis itu harus mampu menjaga dirinya sendiri hingga sampai berada tepat dihadapan panggung megah didalam sana.

“Huaaa Mamah…” teriak gadis itu.

“Woy cewek nih cewek! Minggir dulu apa!” terdengar suara berintonasi tinggi tepat disamping gadis itu.

Bagaimana tidak, gadis mungil itu benar-benar tengah diapit oleh dua lelaki berlemak hingga ia sungguh sulit untuk bernafas. Namun Tuhan masih mencintainya, petugas keamanan itu segera meraih sang gadis untuk masuk terlebih dahulu dan menyerahkan tiket bergambar ke-4 lelaki yang ia lihat saat matahari belum tenggelam.

Gadis itu sungguh cemas, ia masih menunggu kedua lelaki yang dari awal bersamanya, kedua kakak beradik itu masih belum tertangkap pandangannya, sedangkan ia masih cemas melihat orang-orang yang berlarian menuju panggung.

“Aduh ayo dong,” keluhnya.

Namun Tuhan lagi-lagi mencintainya, meski terlambat beberapa menit ia masih mendapat tempat yang cukup dekat dari panggung tak hanya itu, layar besar pun tepat berada disampingnya.

“One Ok Rock One Ok Rock One Ok Rock!”

Ribuan manusia itu masih menyerukan nama sang Rockstar, begitu pula dengan gadis mungil berbalut kaus ONE OK ROCK ditambah dengan slayer putih di pergelangan tangan kecilnya. Ia terlihat resah, berbeda dengan penggemar lainnya yang begitu bersemangat. Gadis itu malah sibuk menggigit handuk kecil hijaunya hingga pandangannya tak beralih dari panggung  besar bernuansa hitam dihadapannya.

DUB…

“Wooooooooooo!”

Teriak mereka serempak saat menyadari Kuartet Rock itu akan segera muncul mengobati rasa haus mereka. Alunan music keras itupun mulai terdengar, lautan manusia itupun kini tengah sibuk melompat-lompat mengikuti dentuman music yang terdengar jelas, bibir mereka pun tak tinggal diam, mereka dengan tepat mengikuti lirik yang keluar dari suara emas sang vocalis, Taka untuk bernyanyi bersama.

Gadis itu sungguh bersemangat dan serempak mengikuti lompatan para penggemar lain, namun entah apa yang membuatnya kini menjatuhkan buliran bening dari mata bulatnya, yang ia tau ia segera berhenti melompat dan bernyanyi kala sosok lelaki dengan singlet hitam itu berdiri tepat diarah pandangnya dengan gitar andalannya, Toru Yamashita, sepertinya lelaki itu sukses membuat gadis itu terisak bahagia.

“Toru?” lirihnya.

Tanpa terasa lagu kembali berganti, semua masih begitu bersemangat namun sayang hingga tiba lagu ke 7 dan seterusnya, gadis-gadis Rocker itu seakan tumbang dari pertahanannya. Namun tidak bagi gadis mungil itu ia sungguh menahan rasa mual dan pusingnya demi melihat ke-4 lelaki dihadapannya hingga akhir.

Seketika Taka dengan michrophone merah andalannya berdiri disisi kiri panggung tempat dimana gadis itu berdiri, hingga mata bulatnya benar-benar menangkap jelas sosok Taka yang sibuk dengan nada tingginya, gadis mungil itu mencoba melangkah untuk mendekat dan semakin dekat pada lelaki berbalut singlet hitam dan beberapa tato dilengannya kulit putih susunya.

Gadis itu seakan haus, ia tak perduli siapapun disampingnya, ia mencoba mendekat dan berharap, Taka, Toru, Tomoya maupun Ryota melihatnya, meski ia tak tau apakah mereka akan merekam wajah sang gadis itu atau tidak dalam ingatannya.

senyumnya kembali merekah kala lelaki bertelanjang dada itu berada tepat diarah pandangnya, ia masih melangkah dan terus melangkah namun sayang hingga tepat dipaling depan pun ia masih belum mampu mengobati rasa hausnya.

“Toru!!!!!!” teriaknya tanpa malu.

Suara seperti anak usia 6 tahun itu cukup membuat beberapa disampingnya menoleh, namun entahlah ia tak perduli sungguh tak perduli. Ia kembali berteriak kala Toru tertangkap oleh pandangannya, kini ia benar-benar tak mengerti cara mengobati rasa hausnya, ia hanya mampu menangis bahagia tanpa ikut melompat dan bernyanyi kembali.

Namun tangisnya segera menjadi tawa kala masing-masing dari mereka memperkenalkan diri mereka masing-masing dengan Bahasa Indonesia yang cukup baik.

“Apa kabar? Saya Ryota! Gokilllll terima kasih sudah datang! Aaa ehem Indonesia tanah airku tanah tumpah darahku~ oke sampai sini saja, manatabbbbb” ucap Ryota yang sungguh membuat mereka bangga juga tertawa puas.

“Saya Tomoya! Saya suka bakmi, saya cinta Indonesia, mudah-mudahan kami akan datang kembali terima kasih!” ucap lelaki berambut setengah kuning dengan stik drumnya dan suara khasnya yang menggemaskan.

“We same, aku juga suka bakmi Tomoya!” bisik gadis itu lagi.

“Apa kabar? Saya Toru, akhirnya kami datang, terima kasih sudah datang, mari bersenang-senang, mari menjadi giraaaa! terima kasih!” Ucap Toru yang membuat seluruh lautan manusia itu tertawa puas.

Tapi tidak dengan gadis itu, ia hanya terdiam dan tersenyum kala Toru berucap dari awal hingga akhir.

“Nama saya Taka, saya senang datang ke Jakarta, saya suka nasi goreng saya cinta kalian! Saya cinta Jakarta! Thankyou very much!” ucap Taka dengan gaya khasnya.

“Dasar pencontek,” ucap gadis itu terkekeh kala menyadari semua menggenggam kertas kecil dalam tangan kekar mereka.

“You guys are fuckin crazy! I’m so honored to be able play here, we’re definitely comeback to Jakarta, I Promise!” teriak Taka.

Ucapan itu masih terngiang jelas dalam ingatan seluruh penggemarnya, mereka sungguh tak sabar  untuk tahun depan menyaksikan mereka kembali.

Lagi-lagi gadis itu kembali terdiam, entah tak hafal lirik atau hal lain, hingga akhirnya ia menangis lagi kala menyadari kuartet Rocker itu berpamitan.

“WE WANT MORE WE WANT MORE WE WANT MORE!”

Masih diacuhkan…

“OOOOOO~ OOOOO~ OOOOOO~” –Answer is Near.

Kembali diacuhkan…

“WE WANT MORE WE WANT MORE WE WANT MORE!”

Suara itu sungguh menggetarkan bumi tempat dimana mereka berpijak. Cukup lama, namun mereka kembali dengan satu lagu lagi. Gadis itu sungguh mencoba berteriak memanggil nama Toru terus menerus, namun ia merasa sia-sia suaranya seakan tenggelam dengan suara manusia lainnya disana, bahkan, ia pun tak mampu mendengar teriakannya sendiri.

Mereka kembali! Dengan bendera merah putih kebanggaan Indonesia dalam genggaman Taka, sungguh membuat seluruh manusia disana berteriak bangga, bahkan ada yang menangis bangga tak menyangka.

Wherever you are I always make you smile

Wherever you are I’m always by your side

Whatever you say kimiwo omou kimochi

I promise you forever right now

Bibir tebal gadis itu seakan latah mengikuti nyanyian dan lantunan lagu indah yang terngiang dalam pendengarannya, ia sungguh tak ingin berakhir di lagu ini, ia masih belum puas akan pemberian mereka hari ini, mungkin dia memang gadis cengeng, hingga lagi dan lagi ia menangis sambil tetap ikut bernyanyi di lagu penutupan konser One Ok Rock hari ini.

Isakannya terdengar jelas, namun ia mencoba menahan air matanya dan membiarkan Toru, Taka, Tomoya dan Ryota kembali pulang dengan melemparkan senyum yang tak akan mungkin terlihat oleh lelaki didepan sana.

“Huah, mengapa kau sangat menggemaskan, apakah kau benar-benar seorang Rockstar Tomoya?” batin gadis itu sesaat menangkap Tomoya tengah melambaikan kedua tangannya dengan senyum khasnya.

“ARIGATOUUUUUUUUUUUU”  teriak Toru.

“Wohooooooooooo!” teriak para penggemar yang seakan tak kenal lelah karena memang terlanjur bahagia.

“Tak adakah kesempatan untukku menyentuh kalian sekali saja? Bernyanyi bersama? Memberiku kesempatan berfoto? Atau sekedar bertatapan dengan kalian? Kumohon…” lirih sang gadis dengan matanya yang memerah dan penuh peluhnya.

To Be Continued…

Ini gak akan berakhir kan, karna mereka udah janji akan kesini lagi, so… I cnt wait 2014 \m/









Sumber Photos : Google & Me

Peka Aksara

Hanya senang menulis yang sedang ramai dalam pikiran, sisanya berbicara melalui Podcast dan bekerja sebagai manusia biasa mulai 9 hingga 5 ✿

Tidak ada komentar:

Posting Komentar