Kau masih saja membuatku seperti Bulan Sabit

The Little Prince Illustrations by Ann Baratashvili (part II)
Pinterest
Kala memori mulai memainkan saat-saat itu, disaat itu pula air mataku tak lagi jatuh, entahlah malah bentuk bulan sabit yang bentuknya seakan disalin oleh bibirku.
Entah karena memang ia terlalu indah atau aku bahagia karena aku tak lagi menangisinya. Yang aku tau, ia masih mampu membuatku tersenyum meski sosok lucunya tak akan pernah kembali lagi.

Jemariku masih tak mampu diam dari tarian anehnya dalam pinggangku, seakan lelah menunggu kapan saat-saat itu berhenti dimainkan. Tak ingin terlalu lama, biarkan hanya bermain dalam hitungan detik, aku hanya tak ingin lubang ini menganga kembali.

Bak seorang aktris, aku masih berjalan dalam guyuran hujan dari langit gelap nan sepi diatas sana. Aku tak perduli apapun yang kini menghalangiku, yang aku tau, aku bahagia mengingatnya dengan cara seperti ini, dengan hujan yang sangat antusias berlomba menuju tempat siapapun berpijak.

Bentuk bulan sabit dibibirku pun kini mulai terlihat sempurna, kala aku mengucap doa untuknya dibawah langit penuh nyanyian menyeramkan itu. Tak peduli, lagi lagi aku tak peduli, berada disaat seperti ini adalah kebahagiaanku, kebahagiaan sederhana.

Rasanya, jemari panjangnya seakan kembali terasa, kala sosoknya yang tengah sibuk membantuku mengenakan jas hujan besar dipinggiran jalan sana, dan lihat kini ia mentertawakanku, mengatakan aku seakan tenggelam dalam pakaian besar yang berasal dari tempat kecil  dibawah tempat duduk kendaraannya.

Ah tidak, itu hanya abu kenangan yang kini seakan membuatku ikut tertiup bersamanya. Ia tak lagi disini, ia benar-benar pergi dan tak mungkin kembali dengan rasa yang sama seperti saat itu. Ia membiarkanku berjalan menuju jalan yang baru tanpanya, membiarkanku menggendong segala rasa dan kenangan yang sungguh membebani perjalanannku. Kulihat ia masih diujung jalan sana, memastikan agar aku meneruskan perjalananku dan tak lagi menoleh kearahnya. Sambil sesekali jamari panjangnya mengayun seakan mengusirku untuk lebih cepat berjalan.


Bagaimana ia bisa seyakin itu? Sedangkan aku yang menjalaninya tak yakin mampu? Masih kucoba untuk menahan terjunnya air mata, aku masih mencobanya, aku ingin mengatakann padanya, aku akan baik-baik saja dijalanku, maka itu, bentuk bulan sabit ini masih akan kuusahakan terbentuk dengan sempurna, membiarkan ia tau, bahwa aku sangat beruntung sempat bersamanya dalam keadaan apapun, bahwa aku tak menyesal memberinya hati meski ia gagal saat menjaganya dan aku sungguh bahagia ia masih mengantarku pulang dan membekaliku dengan jutaan kenangan dan satu rasa yang akan menjadi alasanku untuk bahagia.

Peka Aksara

Hanya senang menulis yang sedang ramai dalam pikiran, sisanya berbicara melalui Podcast dan bekerja sebagai manusia biasa mulai 9 hingga 5 ✿

Tidak ada komentar:

Posting Komentar