![]() |
Susunan kalimatnya masih sama seperti kala Kita seirama, memiliki tujuan yang sama dan rencana masa depan bersama. kalimat itu masih dengan apiknya menutupi rahasia dibalik kalimat tersebut. namun saat aku mencoba membacanya dengan rasa yang sama seperti kala itu aku mengerti apa rahasia dibalik kalimatnya.
Masihkah mencinta? masihkah menunggu? akupun tak tau, aku pun tak mengerti bagaimana rasaku saat ini untuk si pemilik Cahaya paling terang itu, yang telah jauh disana tanpa menyapa atau sekedar menanyakan kabarku. yang kutau jantung ini masih berdetak cepat kala apapun tentangnya mengusik waktuku.
rasanya, si Cupid kecil itu sungguh membuatku muak akan cinta! sungguh-sungguh merugikan kala panahnya tepat mengenai hati dan rasaku.
Tak bisakah kau berhenti mempermainkanku dengan panah merah jambumu? tak taukah aku begitu tersiksa ksrena pemainanmu? kau menancapkannya dan secepat mungkin mencabutnya tanpa perduli aku tengah merintih menahan perih dan sesak didadaku?
Mengapa harus memanah jika kalian haru mencabut kembali panah itu? Mengapa harus datang dengan kebahagiaan lalu pergi menyisakan air mata? hentikan! aku tak ingin jatuh cinta lagi, bukankah lebih baik sendiri tanpa mengenal sakitnya patah hati dan sesaknya menahan air mata?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar