Ternyata ini Lebih Melelahkan


I am so tired of trying to be understanding and compassionate.
Pinterest
Aku kini tengah menyadari akan satu hal, perjalananku terasa lebih lelah saat kau membiarkanku berjalan sendiri di jalanku, melepas gandengan tangan hangatmu dan memilih jalanmu sendiri, meninggalkanku bersama abu kenangan tentang dirimu.

Tanpamu lebih terasa sangat melelahkan di bandingkan saat kau membawaku berlari, lebih menyesakkan saat kau pergi di banding saat kau membawaku untuk berlari.

Egoku kah yang terlalu mengikat? Entah siapa yang harus ku teriaki saat ini. Haruskah aku menyesali ucapanku? Sungguh aku menyesal, namun apa waktu kemarin bersedia mengembalikan saat-saat itu?

Terbesit dengan cepat perjalanan saat kau masih menemaniku, berjanji bersamaku hingga Finish. Namun dengan cepat pula aku menyadari, kini aku sendiri ah tidak, Tuhan bersamaku.

Aku tak menyalahkan dirimu yang mulai merasa lelah, namun aku lebih menyalahkan diriku mengapa aku membuat sumber energiku merasa lelah dan ingin berhenti. Entahlah perjalanan saat itu kini menyiksaku, sangat menyiksa.

Butuh waktu untuk memulihkan? Mungkin. Tapi waktu kurasa tak mampu mengembalikan kebahagiaanku seperti kala itu. Bak induk kehilangan anaknya kini aku benar-benar merasa bingung dan kosong.

Ke arah mana kini harus ku melangkahkan kakiku yang semakin tak mampu menopang beban tubuhku sendiri. Otakku tak lagi bekerja dengan baik, bahkan hati pun seakan mati untuk merasakan.

Bisa ku minta padamu Tuhan, biarkan aku hidup menjadi gadis balita yang hanya mampu bahagia dan menangis tanpa beban yang sangat berat? Atau setidaknya, menjadi gadis yang tumbuh dengan kebahagiaan yang penuh meski keadaan memaksa untuk menangis?

Bisakah aku memesan hidupku yang lebih baik dari saat ini? Bisakah?

Apakah ini benar-benar telah berakhir? Saat ku pejamkan dan kembali kubuka mataku pun mengapa keadaan masih terasa sama? Bahkan lebih menyakitkan lagi.

Aku yang menyia-nyiakan kehadirannya, atau dirinya yang menyia-nyiakan kehadiranku? Arghhhh bahkan kini aku tak mampu menyalahkannya, rasanya ingin ku kutuk diriku sendiri karena telah membuatnya lelah dan kini menghilang.

Jika memang ia harus pergi? Mengapa tak sekalian membawa semua kenangan? Di simpan pun sangat terasa perih, haruskah aku menyimpannya dan membuat air mataku terbuang lebih banyak lagi saat mengingat kenangan tersebut?

Aku ingin ia kembali menuntunku, namun aku mungkin lebih mengenalnya dari siapa pun. Keinginanku adalah hal konyol, bodoh dan bahkan dungu! Tak apa, asal aku tak membohongi rasaku sendiri.

Aku mengerti, sangat mengerti, ia bukanlah ciptaanku yang mampu ku tentukan agar ia melakukan hal yang ku perintah. Aku sangat menyadari akan hal itu.

Hal yang biasa kini tak hadir lagi, membuatku merasa asing dalam perjalananku kali ini. Merasa tersasar dalam dunia mimpi yang tak berujung. Merasa aku lah satu-satunya gadis yang sangat menyedihkan.

Kemarin melamun dan kini mengharap apa guna kehadiranku sesungguhnya? Baiklah, mereka memutuskan meninggalkanku karena EGOku yang memang di ambang batas, GENGSIku yang sangat terlihat tinggi melayang.

Entahlah apa yang harus ku lakukan dalam perjalanan hampaku kali ini. Ini lebih lelah dari pada saat kau mengajakku berlari kencang. Ini lebih lelah saat kau menggandengku erat dan sangat erat. Ini lebih lelah saat aku belum menemuimu sebagai teman perjalananku.

Maaf. Maaf. Maaf. Maaf. Maaf. Maaf. Maaf.

Entah harus berapa kata ‘Maaf’ ku lontarkan, entah harus berapa liter air mata yang harus ku peras lewat mata besarku, entah harus sekencang apa aku berteriak memanggilmu seperti gadis gila, entah harus dengan cara apa aku mengatakan aku menyayangimu.

Baiklah kurasa aku benar-benar gila sekarang, tertawa sendiri, menangis sendiri dan memaki diri sendiri. Seterpuruk itukah? Ya! Cinta memang membahayakan, sangat membahayakan! Aku, sudah merasakannya!

Siapa pun, bisakah panggilkan Psikolog untukku atau memanggil Ambulance Rumah Sakit Jiwa untuk menyembuhkanku dan mengasingkanku dengan baik?

Peka Aksara

Hanya senang menulis yang sedang ramai dalam pikiran, sisanya berbicara melalui Podcast dan bekerja sebagai manusia biasa mulai 9 hingga 5 ✿

Tidak ada komentar:

Posting Komentar