Puisi Untuk Embah




Jam bekerku berbunyi menunujukan angka 05.30. Akupun bergegas mandi dan berpakaian rapi untuk mengawali hariku dengan bersekolah. Setelah selesai akupun langsung berangkat ke sekolah menggunakan sepeda kesayanganku,ditemani matahari yang bersinar terang dan suasana perumahanku yang biasanya banyak orang berolahraga pagi. Aku pun tersenyum menatap mereka dan berfikir sejenak “senangnya aku hidup di tengah orang yang mencintaiku,apa jadinya aku tanpa mereka ?” fikirku sambil mengayuh sepeda menuju sekolahku di SMP Mulia 5. “pagi pak, pagi bu !” sapa ku pada tetangga yang sibuk mengawali hari ini. “eh, Firli sekolah ? ya uda hati-hati ya !” jawab bu Sri tetangga depan rumahku yang sedang sibuk menyiram tanaman-tanaman kesayangannya. Aku pun kembali mengayuh sepedaku menuju sekolah dan tersenyum bahagia.

Sesampai di sekolah aku bergegas memasuki kelasku sambil menyapa teman-temanku. Bel pun berbunyi menandakan mulainya pelajaran. Aku pun belajar ditemani angin yang bertiup memasuki kelasku,dan menghapus sedikit lelahku. Ditengah pelajaran aku teringat tentang kenangan-kenanganku bersama kelurga besarku,dan aku ingin sekali berkumpul bersama kembali. Tak terasa bel pulang telah berbunyi,akupun langsung pulang sambil mengayuh sepeda biruku pemberian dari papa saatku berulang tahun ke 10. Saat ku sedang berjalan sambil mengayuh sepedaku,aku melihat seorang nenek memakai pakaian muslim berjalan menuju masjid. Saat itu aku mulai teringat embahku,embah Marya yang hanya tinggal sendiri di rumahnya yang dibuat bersama alm.kakekku yang berada di daerah Pasar baru.

Sesampai dirumah akupun segera mencari mamaku sambil memanggil-manggil mama “ma,mama Firli pulang nih ! ma,mama !” panggilku sambil mengelilingi ruangan yang ada di rumah. Dari mulai ruang keluarga hingga kamar-kamar. Setelah beberapa saat akupun menemukan mama dikamarnya sedang memasukkan pakaian-pakaiannya dan pakaianku ke dalam tas. Aku pun bingung dan bertanya “mama,mau kemana ?kok beresin baju,ada baju aku segala lagi ? besok kan libur aku mau istirahat di rumah aja ah, cape’ nih !” tanyaku bingung. Mamaku tersenyum sejenak dan menjawab “kita akan menginap di rumah embah,papamu gak ikut soalnya masalah kantor yang belum selesai,tapi kalo kamu gak mau ikut sih gak apa-apa !” jawab mamaku menyindir.”oh, mau nginep dirumah embah ? kalo gitu aku ikut kan uda lama gak ketemu embah” jawabku sambil meletakkan daguku di pundak mama. Aku pun senang bisa bertemu embah kembali.”ya sudah cepat pakai baju yang rapi kita berangkat” ucap mama tersenyum menatapku,akupun tersenyum malu.

Lalu aku dan mama pun langsung berangkat menuju umah embah ditemani cahaya matahari yang sangat terik saat itu. Memang rumah embahku tak terlalu jauh,namun kami jarang bertemu karena kesibukan orang tuaku yang bertumpuk. Di perjalanan aku pun melihat banyak nenek-nenek terlantar dijalan sambil mengemis.”ma,kasihan ya nenek-nenek disana ? dimana keluarganya kok orang tuanya dibiarkan seperti itu ?” tanyaku pada mama sambil memperhatikan nenek-nenek jalanan itu. Tak terbayangkan bila embah terlantar seperti itu “jangan sampai !” fikirku dalam hati. “iya itulah orang tua yang memiliki anak tak tahu terima kasih,sudah dibesarkan malah dibalas dengan cara seperti itu ! kamu harus ingat balaslah kebaikan orang dengan kebaikan jangan sampai sumpah orangtua keluar dari mulut orangtua,karena itu sangat bahaya,murka orangtua adalah murka tuhan ! ingat itu firli !” jawab mama menjelaskan. Aku pun tak ingin seperti itu menelantarkan orangtuanya, karena aku sangat menyayangi orangtuaku.

Tak terasa sudah sampai di depan rumah embah yang pagar depan rumahnya masih saja berwarna merah marun warna kesukaan embah. Keadaan lingkungannya pun masih sama banyak burung-burung peliharaan tetangga embah bersiul-siul, seakan menyambut kedatanganku. Aku pun langsung menurunkan tasku dari mobil dan menuju depan pintu embah. ‘ting nong ting nong’ bunyi bel yang kutekan dari depan rumah embah. Tak lama kemudian embah pun keluar dan menyambut bahagia kedatanganku ke rumah embah. Aku pun langsung merangkul embah sambil melepas kerinduanku pada embah.
Setelah itu pun kami masuk kerumah embah dan keadaannya masih sama foto-foto kenangan dulu mama dan tante Sandra kecil hingga aku hadir masih embah pajang di dalam lemari kaca kayu pemberian mama. Tante Sandra adalah adik dari mama yang tinggal di daerah bekasi. “adu cucu’ embah sudah besar,gimana nih kabarnya ?” Tanya embah tersenyum menatapku yang telah beranjak remaja. “baik mbah aku kangen deh sama embah !” jawabku sambil merangkul embah untuk yang kesekian kalinya. “mbah aku punya puisi buat embah dengerin ya !” pintaku pada embah. Aku pun membacakan  puisi itu di samping embah.

“embah,betapa rindunya aku padamu,telah lama aku ingin sekali merangkulmu melepas kerinduanku yang begitu dalam,senyummu itulah yang sangat kurindukan juga kasih sayangmu itu membuatku ingin kau selalu disampingku,berjanjilah jangan tinggalkan aku ! engkau adalah cahaya hidupku engkau adalah cahaya yang selalu membuatku semangat dalam menjalankan semua masalah yang ada dalam hidupku ! kumohon jangan tinggalkan aku !”

Embah pun tersenyum merangkulku sambil meneteskan air mata “ya,embah akan selalu ada untukmu” jawab embah tersenyum menatapku. Aku pun langsung menghapus air mata embah. “embah bolehkah aku malam ini aku tidur dengan embah ?” tanyaku berharap. “tentu,kamu,mama dan embah akan tidur bersama !” jawab embah tersenyum. Aku pun langsung banyak menceritakan tentang kehidupanku sekarang. Aku juga menceritakan tentang kehidupan pribadiku pada embah. Embah pun banyak memberi saran untukku.

Keesokan harinya Papa,mama,tante Sandra, om Doni,aku dan embah berlibur bersama ke Cibodas. Disana kami sangat bahagia. Disana kami makan bersama di padang rumput dan ditemani udara yang sangat sejuk saat itu. Kami pun sangat menikmati saat-saat seperti itu. Tak terasa hari mulai gelap kami pun bergegas pulang kerumah masing-masing. Diperjalanan aku ingi sekali menciptakan saat-saat seperti ini terus sehingga aku menciptakan sebuh kiasan “mengenangmu adalah kewajiban untukku” dan itu kuciptakan untuk semua orang yang kucinta.

2 minggu setelah liburan bersama pintu rumahku terdengar ada yang mengetuk. Aku pun berjalan menuju depan pintu untuk membukanya. Saat aku membukanya,ternyata itu adalah embah. Namun embah datang dengan keadaan yang kurang sehat. Mama pun langsung membawa embah ke kamar. Aku heran “apakah pernah embah sakit ?” karena embah itu belum pernah kulihat sakit tanyaku dalam hati. Mama pun hanya berfikir embah hanya demam biasa. Namun semenjak embah datang entah mengapa perasaanku sangat tidak enak. “adu,mengapa perasaanku tidak enak begini ?” tanyaku dalam hati. Sejak itu aku sering berfikir yang tidak-tidak. Aku selalu membayangkan bila embah nanti sudah tiada. Terkadang aku marah pada diriku sendiri “mengapa aku berfikir begitu embah kan telah berjanji akan selalu ada untukku ? sudahlah !” fikirku bingung. Aku pun telah berusaha berfikir positif,namun tetap saja fikiranku selalu seperti itu. Aku hanya bisa berdo’a,mudah-mudahan tak terjadi apa-apa.

Saat itu aku pun sering sekali menemani embah. Saat aku menatap wajahnya jantungku selalu berdebar seakan takut kehilangannya dan aku pun ingin selalu ada dekat dengannya. Saat embah sedang tidur aku duduk disampingnya sambil memegang erat tangan embah. “mbah,aku sayang sama embah aku bangga banget punya embah sepertimu,karena embah tuh selalu tersenyum dan gak mau merepotkan orang sekitar, dan yang lebih aku banggakan embah itu gak pernah marah,bila aku salah embah hanya menasihatiku tidak sedikitpun embah menyakiti hatiku. Begitu pula aku,aku tak ingin embah sakit seperti ini,embah harus sehat ya ! firli sayang embah !” ucapku sambil tersenyum menatap embah yang sedang istirahat di kasur.

Semenjak embah dirumahku aku selalu membantu mama merawat embah. Karena aku tak ingin terjadi apa-apa pada embah. Beberapa saat kemudian embah terbangun dari tidurnya karena angin yang datang begitu kencang sampai-sampai jendela kamar embah terbuka. “astaghfiruullah !” ucap embah yang melihat jendela kamar yang terbuka karena tiupan angin tersebut. Aku pun bergegas menutup jendela tersebut agar embah tak merasa kedinginan. “mbah,kedinginan ya ? biar Firli tambah selimutnya ya biar terasa agak hangat !” tanyaku pada embah khawatir,sambil membuka lemari aku mengambil selimut biru bergambar boneka-boneka,kesayanganku dari embah. “Firli, kamu masih menyimpan selimut ini ? bukankah selimut ini embah berikan 6 tahun lalu ?” Tanya embah tersenyum memandang selimut itu. “tentu dong mbah ini kan pemberian dari orang yang kucintai jadi tidak mungkin kusia-siakan apalagi ini menjadi selimut favoritku !” jawabku sambil memakaikan selimut itu di tubuh embah. Embah pun langsung merangkulku seakan tak ingin aku pergi,sama pula denganku. Maklum, aku adalah cucu’ satu-satunya. Tante Sandra baru menikah dan belum memiliki anak.

Embah pun tidur kembali dan aku masih ingin di samping embah. Meski umur embah sudah 70 tahun embah masih bekerja menjadi bendahara koprasi dan telah mendapat satu penghargaan dalam kategori bendahara terbaik. Saat embah tidur aku merapikan selimut yang sedang dipakai embah. Tak sengaja ku menyentuh kaki embah,dan itu terasa sangat dingin, aku pun terkejut dan coba memegangnya sekali lagi,dan benar kaki embah sangat dingin. Aku pun langsung memanggil mama untuk memberitahu keadaan embah. “ma,mama kaki embah terasa dingin sekali aku takut ma,” ucapku pada mama khawatir. Mama pun bergegas menghampiri embah. “bu,bangun bu kita ke dokter ya !” ucap mama membangunkan embah. Namun embah tak bangun-bangun. Dan ternyata embah pinsan. Mama pun memanggil papa agar membawa embah ke rumah sakit. Kami pun langsung membawa embah ke rumah sakit terdekat.

Diperjalanan aku merasakan perasan tak enak lagi. Padahal perasaan itu telah ku buang,namun tetap saja perasaan itu hadir kembali. Aku pun merasa sangat khawatir. “ya tuhan tolong aku sembuhkanlah embah, jadikan ia sehat seperti dulu.” Pintaku pada tuhan sambil menatap wajah embah yang pucat di pangkuan mama. Aku pun sibuk mengabarkan tante Sandra tentang keadaan embah sekarang yang sedang tidak baik. “tante,tante cepat datang ya ke rumah sakit Fatmawati, embah sakitnya tambah parah dan sekarang sedang diperjalanan menuju rumah sakit !” ucapku pada tante Sandra dengan nada panik. “iya Firli tante segera datang !” jawab tante Sandra yang langsung berangkat menuju rumah sakit.

Sesampai di rumah sakit embah langsung dibawa ke ruang UGD. Kami pun hanya bisa menunggu kabar dari dokter yang sedang memeriksa embah di dalam. Tak lama kemudian tante Sandra dan om Doni sampai dirumah sakit. Mama pun langsung merangkul tante Sandra sambil menangis. Lalu tante Sandra menelfon keluarga yang lain dan memberitahu keadaan embah. Beberapa saat kemudian dokter pun keluar dari ruangan embah di rawat dan berkata “Ny.Marya harus dirawat disini dan kini keadaannya sangat kritis dan Ny.Marya ini mengalami gangguan pada tenggorokannya. Kami akan berusaha ! permisi” ucap sang dokter. Kami pun hanya dapat berdo’a. Lalu aku menuju ke depan pintu kamar embah dirawat sambil membuatkan puisi untuk embah.

“andai kau masih sehat kita pasti sedang berkumpul bahagia, berjuanglah mbah aku akan mendo’akanmu selalu. Dirimu takkan ada yang bisa menggantikan karena embah adalah sosok embah terbaik di dunia aku bangga memiliki embah sepertimu bangunlah mbah, kembalilah ntuk merangkulku dan mencium keningku !”

“sabarlah fir,embah pasti sehat kembali !” ucap mama memelukku sambil menatapi tubuh embah yang terbaring lemah di dalam ruangan pengobatan. Sayangnya aku tak boleh ikut menjaga embah malam ini padahal aku ingin sekali menemani embah. Namun esok aku harus sekolah. Aku pun pulang bersama mama dan malam ini papa menjaga embah di rumah sakit. Namun sebelum aku pulang aku mencium kening embah yang terasa sangat dingin. Dengan perlahan aku meninggalkan ruangan embah di rawat dan menuju ke rumah.

Keesokan harinya aku pun sekolah seperti biasa. Namun fikiranku selalu tertuju pada embah yang sedang kritis di rumah sakit hingga dalam pelajaran aku kurang memperhatikan. “firli tolong perhatikan ibu ya ! ibu tahu nenekmu sedang kritis,tapi kalau kamu memang juga kurang sehat ibu izinkan kamu untuk pulang!” ucap bu Nur. Aku pun pulang karena merasa benar-benar kurang konsentrasi.

Sesampai di rumah bu Sri tetangga depan rumahku datang “fir,tadi mamamu telfon katanya embah sudah tidak ada ? yang sabar ya ! ibu tinggal dulu ya!” ucap bu Sri yang langsung pulang meninggalkan aku sendiri. Semula aku tak percaya namun beberapa saat setelah itu mama menelfonku. “fir,kamu sudah pulang ? embah sudah tiada fir, dan sekarang embah ada di rumah tante Sandra nanti mama jemput ya !” ucap mama sambil menangis. Aku pun terdiam tak menyangka dan merasa tak percaya. Dan tak terasa aku meneteskan air mata dan merasa ini adalah mimpi. “gak,gak boleh embah gak boleh pergi ! gaaaaaaakkkkkkkkk !!!!!!!” ucapku menangis memandang foto embah di dompetku. Aku pun tak henti menangis aku benar-benar tak ingin kehilangan embah. Namun tuhan lebih mencintai embah dan aku hanya bisa menangis.

Tak lama setelah itu mama datang dan langsung merangkulku. Aku pun menangis di pelukan mama. Kami pun langsung berangkat ke rumah tante Sandra. Diperjalanan aku hanya bisa menangis,menangis dan menangis tak menyangka akan seperti ini. “Mengapa benar semua perasaan yang hadir itu ? kenapa harus sekarang ? 7 Maret ? padahal kan sebentar lagi aku ulang tahun tinggal 1 minggu lagi aku ulang tahun tapi kenapa embah pergi disaat aku butuh embah ?” fikirku dalam hati sambil menangis tak henti.

Sesampai dirumah tante Sandra aku langsung menghampiri tubuh embah yang terbaring kaku disana aku pun membuka kain yang menutupi wajah embah sambil mencium kening embah yang sangat dingin dan rasa dingin itu sama saat embah dirumahku. Sepanjang hari itu aku menghabiskan waktuku membaca yasin untuk embah. Dan aku tak ingin jauh dari embah. Telah waktunya embah untuk dimandikan,saat melihat embah diangkat menuju tempat pemandian,aku tak kuasa menahan tangis. Kemudian aku di panggil untuk ikut menyiram tubuh embah. Saat aku menyiramnya dengan perlahan aku benar-benar merasa itu semua adalah sandiwara,namun aku harus terima kenyataan ini bahwa embah telah tiada.

Setelah di mandikan embah dibawa kembali ke dalam untuk dipakaikan kain kafannya. Setelah rapi aku hanya bisa menangis melihat embah dipakaikan kain kafan itu. Sekarang telah menunjukan pukul 13.00 itu waktunya embah untuk di makamkan. Aku ingin sekali ikut di ambulan, namun mama tak mengizinkanku. Terpaksa aku ikut mobil om Doni. Diperjalanan aku tak bisa berhenti menangis. “kenapa sih embah cepet banget perginya ?” tanyaku dalam hati sambil menagis di pelukan tante Sandra. Setelah sampai di pemakaman jenazah embah di turunkan, dan di bawa ke lokasi pemakaman. Embah pun telah di masukkan ke liang kubur,saat embah di azankan aku dan keluarga kembali menangis dan meminta pada tuhan agar  embah selalu tenang disana. Setelah rapih kami pun menaburkan bunga diatas makam embah. Dan aku meletakkan bunga kenanga di bagian kepala embah.

“mbah,ini bunga kenanga khusus untuk embah ! baguskan mbah ? wangi lagi ! oia mbah sebelum aku pulang aku punya puisi terkhir untuk embah dengerin ya !” ucapku sambil menangis tersedu-sedu.

dimana,dimana kini kau berada? Mengapa aku tak lagi melihatmu disini ? andai kau tak pergi. Hari ini takkan penuh air mata ! kini aku tak lagi mencium wangi dirimu,senyummu,tawamu,dan pelukanmu. Kini aku hanya dapat merasakan kasih sayangmu, percayalah kau akan selalu hidup di hati setiap orang yang mencintaimu terutama aku .. mbah aku akan selalu merindukanmu. Kini aku teringat janjimu bukankah kau telah berjanji akan selau ada untukku ? ingatkah kau janji itu ? tapi aku sadar tak semua akan abadi ! tapi ada yang abadi, yaitu rasa sayangku padamu itu akan selalu ada dan tak pernah mati .. percayalah !

setelah ku memberikan puisi itu tedengar suara halus dari langit dan kudengar seperti suara embah yang mengatakan “embah percaya padamu Firli ! embah mencintai kalian semua ..!” ucap suara yang terdengar dari langit itu. “ma,dengar suara yag tadi gak ?” tanyaku. “suara apa ?” Tanya mama kembali. “oh tidak ! bukan apa-apa !” jawabku heran. “mengapa hanya aku yang mendengar ? bukankah suara itu terdengar jelas ?” fikirku bingung. Namun aku percaya itu adalah embah yang telah menjadi bintang terindah di sana.
Hari sudah sore kami pun pulang ke rumah. Saat aku melihat langit aku melihat embah terenyum menatap kami sambil berbisik “embah percaya padamu !” aku pun tersenyum dan menghapus air mataku dan berusaha mengikhlaskan semua. Aku pun berfikir “puisi dan senyum adalah sesuatu yang dapat menenangkan hati disaat apapun. Aku sayang embah”.

END

Peka Aksara

Hanya senang menulis yang sedang ramai dalam pikiran, sisanya berbicara melalui Podcast dan bekerja sebagai manusia biasa mulai 9 hingga 5 ✿

Tidak ada komentar:

Posting Komentar